Kerjasama Menurut Islam
Untuk
menjadi bangsa yang luhur, kita harus menanamkan nilai-nilai luhur dari
bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku, bahasa, ras dan agama
menjadikan Bhineka Tunggal Ika (biarpun berbeda tetapi tetap satu
Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas segalanya. Telah banyak
darah tumpah tuk membela sang saka merah putih dan menyatukan
keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras dan agama tersebut demi
tercapainya kemerdekaan Indonesia tercinta. Kerukunan sejatinya
adalah modal dasar manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin
berkelompok. Sebab, kerukunan merupakan media untuk mengumpulkan energi
positif. Energi positif inilah yang sangat diperlakukan untuk membangun
kehidupan sosial kea rah yang lebih baik, dalam bentuk pembangunan.
Bayangkan saja bila kerukunan tak dibentuk, energi positif akan terus
berbenturan dengan energi negatif, yang berakibat mundurnya proses
pembangunan bangsa.
Selain
kerukunan, hal lain yang tak boleh diabaikan adalah masalah kekompakan.
Sebab, rukun, tak selalu kompak. “Manusia bisa saja rukun, meski berbeda
pendapat, namun kekompakan membutuhkan kesamaan pendapat, visi, sampai
bagaimana memulai dan mengakhiri pekerjaan,”
Ada
enam thobi’at luhur sebagai bagian dari akhlakul karimah yang harus
dimiliki orang yang beriman untuk dijadikan sikap hidup (karakter) yang
harus dikedepankan ketika melakukan kehidupan bersama, maupun sebagai
watak pribadi yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Dari enam thobi’at
luhur itu tiga diantaranya merupakan thobi’at atau perilaku yang harus
diwujudkan dalam kehidupan bersama yaitu rukun, kompak dan kerja sama
yang baik. Sedangkan tiga yang lainnya merupakan watak atau thobi’at
yang harus dimiliki dan diamalkan oleh tiap-tiap pribadi orang beriman
yaitu jujur, amanah dan mujhid muzhid.
1. Rukun
Sewaktu
Nabi Adam AS diturunkan ke dunia, Allah telah menyebutkan bahwa anak
cucu Adam nanti akan bermusuhan satu sama lain. Adalah Allah yang
memberikan nikmat terhadap sebagian anak cucu Adam untuk dirukunkan
hatinya, dihidupkan dalam kehidupan bersama dalam nuansa persaudaraan
seiring dengan keimanan atau hidayah. Allah berfirman :
وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَنًا …الأية * سورة ال عمران اية ١٠٣
Dan
ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika kalian bermusuhan, kemudian
Allah menyatukan hati kalian sehingga kalian menjadi bersaudara sebab
nikmat-Nya… (QS. Ali Imron : 103).
Kerukunan yang diberikan Allah kepada orang beriman adalah kerukunan lahir dan batin. Sedangkan
orang-orang yang tidak beriman apabila terjadi kerukunan hanya lahirnya
saja, yaitu karena sama-sama mempunyai kepentingan yang menurut
kalkulasi mereka perlu kebersamaan untuk mewujudkannya. Sedang dalam
hati mereka saling curiga, saling dengki, ingin lebih untung daripada
yang lain, dsb.Rukun adalah suatu sifat atau thobi’at
orang beriman yang tidak mempunyai uneg-uneg, prasangka buruk, dengki,
iri hati kepada sesamanya. Saling mengasihi serta bantu-membantu dalam
kebaikan, tolong menolong, kuat memperkuat, saling mendoakan yang baik
dan bersikap ramah terhadap sesama. Firman Allah dalam Al Qur’an :
وَأَطِيْعُوا اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلاَ تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْآ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ * سورة الأنفال ٤٦
Dan
thoatlah kalian kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kalian
berselisih (tidak rukun) maka kalian menjadi gentar (takut) dan
hilanglah kekuatan kalian, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal : 46)
2. Kompak
Kompak adalah bersama-sama melakukan kegiatan ibadah dengan giat, senang, seia sekata.
Lazimnya kompak akan berhasil diwujudkan bila didukung dengan rukun
terlebih dahulu. Dalam suasana tidak rukun sulit kiranya dilakukan
kegiatan bersama. Namun demikian keadaan tidak kompak juga bisa terjadi
karena terdapat persepsi yang berbeda mengenai kegiatan tersebut. Untuk
mengatasi hal ini perlu penjelasan yang sejelas-jelasnya dan lebih
terperinci terutama yang menyangkut operasionalnya guna meniadakan
hal-hal yang dapat menimbulkan multi tafsir. Allah berfirman :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ فِى سَبِيْلِهِ صَفاًّ كَأَنَّهُمْ بُنْياَنٌ مَّرْصُوْصٌ * سورة الصف
Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan berbaris
bagaikan bangunan yang tersusun kokoh (QS. As Shof : 4)
Sehubungan
dengan kemampuan sesorang tidak sama, maka diperlukan praktek
kekompakan guna membangun solidaritas atau kesetiakawanan terhadap
sesama. Seperti kalau ada yang sakit sama-sama dibesuk, kalau ada yang meninggal sama-sama dilayat. Semua itu merupakan kegiatan yang menunjukkan kekompakan.
3. Kerja Sama yang Baik
Kerja sama yang baik adalah sikap
orang beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan,
tidak jegal-menjegal, tidak jatuh-menjatuhkan, tidak rugi-merugikan dan
tidak saling memfitnah. Kerja sama yang baik juga mengandung
arti kerja sama dalam hal kebaikan yang sama-sama dikerjakan dengan baik
untuk mendapatkan kebaikan bersama. Firman Allah SWT :
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ … الأية * سورة المائدة
Dan
tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah
tolong menolong atas dosa dan permusuhan… (QS. Al Maidah : 2)
Demikian
pula kerja sama yang baik bukan sekedar yang penting sama-sama bekerja,
akan tetapi ada pembagian tugas sesuai dengan bidang keahlian
masing-masing. Tidak memberi tugas kepada yang bukan ahlinya, sehingga
diharapkan mendapat hasil yang optimal.
4. Jujur
Jujur adalah sikap
orang iman yang apabila berkata benar, tidak dusta, tidak menipu. Jujur
atau shiddiq adalah salah satu sifat kenabian di samping amanah,
tabligh dan fathonah. Berbahagialah orang yang dikaruniai watak
jujur karena hidupnya akan tenteram dan damai karena sikapnya yang
polos, tidak dibuat-buat, tidak ada kepalsuan, tidak ada dusta, tidak
menipu sehingga tidak ada beban karena khawatir terbongkarnya sesuatu
yang disembunyikan dalam dirinya. Sesungguhnya ketika seseorang tidak
jujur, sebenarnya dia telah menciptakan perang dalam hati nuraninya
sendiri.
5. Amanah
Amanah adalah sikap pribadi orang beriman yang artinya bisa dipercaya dan menjaga kepercayaan, tidak khianat dan menyampaikan hak kepada yang berhak menerimanya.
Amanah juga merupakan sifat kenabian, bahkan Nabi Muhammad SAW sebelum
menjadi nabi telah mendapat gelar Al-Amin (orang yang dapat dipercaya).
Firman Allah SWT :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّو اْلأَمَاناتِ إِلىَ أَهْلِهَا … الأية * سورة النساء ٨٥
Sesungguhnya
Allah memerintah kepada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat kepada
ahlinya (yang berhak menerima). (QS. An Nisaa’ : 58)
يَآ أَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا لاَتَخُوْنُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ * سورة الأنفال
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rosul
dan janganlah mengkhianati amanat-amanat (yang dipercayakan) kalian,
sedang kalian mengetahui. (QS. Al Anfaal : 27)
6. Mujhid Muzhid
Seseorang
dapat dikatakan hidupnya mujhid apabila dalam kehidupan sehari-hari
kerjanya giat, semangat dan cukup sesuai dengan jenis kerja tersebut. Seseorang
dikatakan muzhid apabila kehidupan sehari-harinya mengatur penghasilan
dengan hidup hemat, tidak boros dan dapat mengukur kemampuannya.
Ada dua cara yang lazim bagi seseorang agar terpenuhi kebutuhannya
yaitu menambah penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Bila kedua cara
itu ditempuh sekaligus bersama-sama maka artinya ia sedang praktek
mujhid muzhid. Sabda Rosulullah SAW :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُزْهِدُ الْمُجْهِدُ * رواه أحمد
Sungguh beruntung orang yang tirakat (hidup hemat) dan mempersungguh (bekerja giat) (HR. Ahmad)