Selasa, 04 Juni 2013

HIKMAH ( PINTU SURGA TERTUTUP BAGI SOMBONG )

PINTU SURGA TERTUTUP BAGI SI SOMBONG
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد باَتَمِّهما ابدا الابدين وعلى اله واصحابه واتباعه الى يوم الدين
Anakku sayang..
Segala puji bagi Allah, Sang Pencipta, yang paling berhak memiliki keagungan dan kesombongan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah, Muhammad saw, yang telah diberikan cahaya oleh Allah sehingga dengan cahaya tersebut dapat menyinari seisi alam.
Anakku sayang..
Pintu surga tidak akan terbuka bagi seseorang yang di hatinya terdapat sifat sombong. Nabi Muhammad saw  bersabda:
لا يدخل الجنة من فى قلبه مثقال حبة من خردل من كِبْرٍ
Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di hatinya terdapat kesombongan meskipun seberat biji sawi.
Tidak mungkin seorang muslim mencintai muslim yang lainnya bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang dapat bersikap tawadhu, rendah hati, bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang  tidak dengki kepada orang lain bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang dikatakan jujur bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang dapat memberikan nasihat yang baik kepada orang lain bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang dapat menerima nasihat yang baik dari orang lain bila di hatinya terdapat sifat sombong. Tidak mungkin seseorang tidak merendahkan orang lain bila di hatinya terdapat sifat sombong.
Hanya Allah SWT yang berhak atas sifat sombong. Tidak diperkenankan makhluk ciptaan-Nya memiliki sifat sombong. Firman Allah dalam hadis qudsi:
يقول الله تعالى الكبرياء ردائ والعَظمة ازارى فمن ناز عنى واحدا منهما القيتُه فى جهنم ولا ابالى
Allah SWT berfirman: Kesombongan adalah pakaianku, sedangkan keagungan jubahku,. Barang siapa yang mengambil dari salah satu dari keduanya maka Aku akan lemparkan  ia ke neraka jahannam dan tidak akan aku pedulikan.
Anakku sayang..
Sombong berarti merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Kesombongan bisa terjadi sebab ilmu atau kemampuan yang kita miliki, sebab ibadah yang kita lakukan setiap saat, sebab pangkat, jabatan, profesi yang kita sandang, sebab harta yang kita miliki, sebab ketampanan, kecantikan yang menghiasi diri kita, sebab nasab atau keturunan yang terhormat, dan sebab berbagai macam kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Bila diri ini merasa lebih sempurna sebab nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita maka itulah kesombongan.
Sebab sombong, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi tuhan. Lihatlah Firaun yang mengaku dirinya sebagai tuhan.
فقال انا ربكم الاعلى
Firaun berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi” (Q.S An-Nazi’at:24). Kemudian Allah tenggelamkan Firaun di laut merah.
Sebab sombong, Iblis dengan angkuh menolak perintah Allah untuk sujud kepada  Adam .
قال ما منعك الا تسجدَ إنْ امرتُك قال انا خير منه خلقتنى من نار وخلقته من طين
Allah berfirman: “apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis: ”Saya lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. al-A’raf:12). Kemudian Allah usir Iblis dari surga dan di tempatkannya kelak di neraka jahannam.
Sebab sombong, seseorang dapat berbuat dzolim kepada sesama. Lihatlah Karun, sebab hartanya dia berbuat aniaya kepada sesama. Kemudian Allah benamkan ia bersama hartanya ke dalam bumi.
فخسفنا به وبدارِه الارضَ فما كان له مِن فئة ينصرونه من دون الله وما كان من المنتصرين
Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya  (QS. al-Qoshos; 81)
Anakku sayang..
Mari sama-sama kita buang sifat sombong dalam diri kita. Bila ada nikmat yang Allah berikan kepada kita yang tidak dimiliki orang lain maka jangan jadikan nikmat tersebut menjadi sebab diri kita merasa lebih baik dari orang lain. Sebaliknya, bila ada nikmat yang Allah berikan kepada orang lain yang tidak kita miliki maka jangan jadikan nikmat tersebut menjadi sebab kita mempunyai perasaan bahwa orang tersebut lebih baik dari diri kita.Itulah sifat tawadhu atau renda hati, lawan dari sifat sombong.
Mengapa terdapat kesombongan di hati kita? Padahal kita ada di dunia ini berawal dari ketiadaan, kemudian Allah menghidupkan kita melalui debu lalu menjadi setetes air hina dina, dari tanpa kata-kata keluar ucapan, dari tanpa penglihatan kini tampak cahaya penglihatan, dari lemah tanpa daya timbul kekuatan ,dari ketidak tahuan lalu menjadi pandai,mengetahui mana  yang baik dan yang buruk, dari serba kekurangan enjadi serba kecukupan. Selanjutnya, kita tidak bias pastikan nasib kita di hari esok, apakah baik atau buruk? Kita tidak bisa menjamin untuk hari esok, untung atau rugi menimpa diri kita? Pada akhirmya, kita sampai ujung perjalanan , yaitu kematian. Allah cabut ruh dari tubuh, hilang pendengaran , penglihatan, pengetahua, kemampuan, rasa, gerak, kembali menjadi benda mati untuk kemudian dikebumikan lalu menjadi santapan ulat tanah. Perlahan tubuh ini rapuh untuk kemudian menjadi debu, kembali seperti awal pertama kali kejadian .
Bila kita telah mengetahui keadaan kita kelak seperti itu. Mengapa kita tetap sombong? Merasa diri lebih dari orang lain sebab ada nikmat yang Allah berikan kepada kita.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
ان الذين يستكبرون عن عبادتى سيدخلون جهنم داخرين
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari manyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina (QS. al-Mu’min: 60)          

HIKMAH ( RAJAB YANG AGUNG )

RAJAB YANG AGUNG
الحمد لله الذى تتحير دون إدراك جلاله القلوب والخواطر , وتدهش فى مبادى إشراق أنواره الأحداق والنواظر , المطلع على خفيات السرائر , العالم بمكنونات الضمائر , المستغنى فى تدبير مملكته عن المشاور والموازر , مقلب القلوب وغفار الذنوب , وستار العيوب , ومفرج الكروب . والصلاة على سيد المرسلين , وجامع شمْل الدين , وقاطع دابر الملحدين , وعلى اله الطيبين الطاهرين , وسلم كثيرا.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menetapkan bulan Rajab ada di antara dua belas bulan lainnya di sisi-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
ان عدةَ الشُّهورِ عند الله اثناعشر شهْرًا فى كتاب الله يومَ خلق السمواتِ والارضَ منها اربعةٌ حُرُمٌ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram, yaitu Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. (QS. Attaubah:36)
Shalawat dan salam, mari selalu kita haturkan kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW yang telah menginformasikan kepada kita bahwa bulan Rajab adalah bulan milik Allah.
قال عليه الصلاة والسلام : إن رجب شهر الله وشعبان شهرى ورمضان شهر امتى
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan milik Allah, bulan Sya’ban adalah bulan milikku, dan bulan Ramadhan adalah bulan milik umatku.
Anakku sayang..
Hari ini kita masih berada di awal bulan Rajab. Bulan, di mana setiap keburukan dan kejahatan setiap hamba akan tertutupi sebab ada rahmat dan kebaikan Allah SWT. Bulan, di mana setiap kebaikan yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya menjadi 70 kali lipat. Bulan, di mana para Malaikat memohonkan belas kasih serta ampunan teruntuk umat Nabi Muhammad. Permohonan para Malaikat itupun langsung dijawab Allah SWT:
يا ملائكتى وعزتى وجلالى قد غفرت لهم
Wahai para Malaikat-Ku. Demi keagungan dan kemulyaan-Ku, sungguh telah Aku ampuni dosa-dosa umat Muhammad.
Anakku sayang..
Rajab berarti keagungan. Sebab bangsa Arab zaman dahulu, di masa jahiliyah, sangat mengagungkan bulan Rajab. Mereka buka pintu ka’bah selama satu bulan penuh. Mereka menghentikan peperangan, menyudahi rasa permusuhan di antara mereka, sebab menghormati bulan ini. Bulan ini adalah bulan kebaikan. Akan dicatat setiap amal baik. Akan diabaikan amal buruk. Para Malaikat pencatat amal manusia, terasa enggan, tuli, seperti tidak mendengar setiap kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Itu karena mereka mengagungkan bulan Rajab. 
Anakku sayang..
Alangkah merugi diri kita bila sampai bulan ini masih ada rasa dengki, rasa curiga, iri, amarah, hasud, sakit hati kepada orang lain. Sudah waktunya kita lapangkan dada untuk dapat memafkan, kita ulurkan tangan untuk saling memberi, kita tebar kedamaian meskipun hanya lewat senyuman, husnuzzan, kita baik sangka kepada orang lain. Bila kaum Jahiliyah, makhluk yang tidak bermoral saja dapat menghentikan sejenak perbuatan tercela pada bulan Rajab. Mengapa kita, sebagai makhluk yang bermoral tidak dapat menghentikan perbuatan tercela pada bulan ini?
Marilah di bulan baik ini, kita isi dengan memperbanyak puasa, kita bertaubat kepada Allah, menyesali setiap dosa yang telah kita perbuat di masa lalu, kita perbanyak mengingat Sang Pencipta. Nabi bersabda; 
قال عليه الصلاة والسلام انيبوا الى ربكم واستغفروا من ذنوبكم واجتنبوا المعاصى فى الشهر الحرام وهو رجب
Rasulullah SAW bersabda: Kembalilah kepada Tuhanmu pada bulan Rajab ini, minta ampunlah atas dosa-dosamu, dan jauhilah segala bentuk ma’siat.
Tidak lupa kita berdoa, semoga pesan bulan Rajab juga dapat sampai kepada saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah perang saudara di kawasan Timur Tengah, seperti di Tunisia, Mesir, Yordania, Yaman, Bahrain, Suriah, Arab Saudi, dan diberbagai belahan dunia lainnya. Semoga damai dapat cepat tercipta di negeri mereka.
 اللهم بارك لنا فى رجب
Ya… Allah berkahilah kami di bulan Rajab ini
اللهم بارك لنا فى شعبان
Ya… Allah berkahilah kami di bulan Sya’ban nanti
اللهم وبلّغنا رمضان برحمة ومغفرة ورضوان
Ya… Allah panjangkanlah umur kami, sehingga kami dapat menjumpai bulan Ramadhan dengan mendapatkan  rahmat, ampunan dan ridho dari-Mu.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وسارعُوْا الى مغفرةٍ من ربكم وجنَّةٍ عرْضُها السمواتُ والارضُ اُعِدّتْ لِلْمتّقينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imron:133)

Minggu, 02 Juni 2013

KUNCI SURGA YANG TERBUANG



KUNCI SURGA yang TERBUANG

Bila semua ibadah kita seperti shalat, puasa, sedekah, dan haji  berjalan bagus. Maka kelak di akhirat akan diberikan semacam tiket atau kunci untuk masuk syurga. Tatkala banyak orang masuk syurga, ternyata kita yang telah mempunyai tiket masuk tak dapat memasukinya.

Apakah sebabnya?
Sedangkan amal kebaikan yang telah kita kumpulkan, bila dihitung jumlahnya sangatlah banyak. Namun kenapa bukan syurga yang kita dapatkan, malah sebaliknya  neraka jahannam-lah yang menjadi tempat kita?. “Itulah kunci syurga yang terbuang”.
Rasullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk syurga, orang yang memutuskan tali persaudaraan”. Karena itu, walaupun amal kebaikannya banyak, jika memutuskan hubungan tali silaturahim dengan sesama muslim, dia akan ditempatkan di neraka jahannam.

Mengapa demikian?
Karena manusia punya penyakit hati atau sok. Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ali Ridla dikatakan bahwa “ketika sedang berkumpul  dalam suatu majelis bersama murid-muridnya (hawariyun), Nabi Isa AS menceritakan kelebihan yang diberikan Allah SWT padanya. Seperti menyembuhkan penyakit kusta dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah.
Namun demikian, kata Isa AS, “ada satu penyakit yang aku tak mampu menyembuhkannya!”. Murid-muridnya bertanya jenis penyakit tersebut. Isa menjawab, “penyakit itu adalah penyakit hati (sombong)”.
Nabi Isa AS menjelaskan, penyakit hati (sok) memiliki ciri khas, yaitu merasa lebih dari yang lain. Merasa lebih hebat, lebih kaya, lebih kuasa dan lebih benar. Selain itu, orang yang sok itu juga suka membantah dan ngotot.
Jika manusia sudah mengidap penyakit sok ini, dia tidak akan pernah menyadari kesalahannya. Ia selalu merasa benar, padahal nyata-nyata salah dan ia tidak mau meminta maaf atas kesalahannya. Jika masing-masing pihak merasa paling benar, maka akan mulai terputuslah tali silaturahim dan ia tidak berhak mendapatkan syurga kendati sudah memeliki kuncinya. Laa yadkhulu al-Jannata Qaththi’un al-Rahim (Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan tali silaturahim).
Allah berfirman: “Sejelek-jeleknya makhluk (binatang) disisi Allah adalah mereka yang pekak dan tuli (sok), yang tidak mengerti apapun”. (QS Al-Anfal [8]:22).
Wa Allahu a’lam.

(H.M. Sibawaeh dikutip dari Ustadz Kusen MA; hikmah)

HIKMAH DIBAALIK PENYAKIT



Siapa yang tak ingin selalu sehat, gembira, dan bahagia? Tentu kita menginginkannya. Namun, adakah di antara kita yang menginginkan keadaan sebaliknya? Menjadi pesakitan, miskin, atau kehilangan harta bahkan orang yang dicinta.
 
Hari ini kita bisa saja tertawa gembira tapi siapa yang tahu kejadian lusa, esok, atau bahkan sedetik nanti. Manusia boleh saja terus-menerus membuat rencana masa depan dan berharap agar rencana-rencananya itu berjalan sesuai keinginannya. Namun bagaimana bila yang terjadi malah sebaliknya? Misalnya, penyakit yang tidak diharapkan datang atau kecelakaan fatal melemparkan hidupnya ke dalam kehancuran (ya kehancuran, karena kejadian-kejadian tersebut tidak termasuk dalam rencana masa depannya). Setiap orang tentu mengalami saat-saat sulit dalam kehidupannya. Kesulitan yang mungkin dihadapi seorang mukmin dan ujian-ujian dunia ini, tujuannya tidak lain untuk mengingatkan orang-orang beriman akan keberkahan yang tersembunyi dan balasan yang diberikan secara berangsur-angsur kepada mereka, baik di dunia maupun di akhirat.
 
Di dalam Al-Qur`an, Allah menjelaskan bahwa Dia akan menguji seorang mukmin untuk melihat siapakah yang benar-benar dalam keimanannya.
Saat menikmati kesehatan, banyak orang tidak pernah berpikir bahwa kesulitan (walau sering terjadi pada ribuan orang lain setiap harinya) dapat terjadi pada mereka juga.
Itulah sebabnya, saat berhadapan dengan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, terkadang manusia dengan segera menjadi kurang bersyukur terhadap Pencipta mereka. Mereka menolak kenyataan takdir seraya mengatakan, “Mengapa ini terjadi pada diriku?” Orang yang jauh dari akhlaq Al-Qur`an cenderung enggan menyerahkan kepercayaan kepada Allah saat mereka sakit atau tertimpa kecelakaan, apalagi mencari kebaikan dalam peristiwa yang menimpa mereka.
 
Beberapa orang yang tidak mengerti realitas takdir menganggap bahwa penyebab pernyakit hanyalah virus atau mikroba. Demikian pula saat kecelakaan lalu lintas, mereka menganggap supirnyalah yang menyebabkan kecelakaan tersebut.
 
Sebenarnya setiap penyebab penyakit, seperti mikroba, bakteri, ataupun yang membahayakan manusia, semua itu adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu. Tak ada satu pun dari mereka yang dibuat secara serampangan. Mereka semua bertindak di bawah kendali Allah. Manusia mudah diserang mikroba karena Allah menginginkannya demikian. Jika seorang manusia menderita sakit keras karena virus, hal itu terjadi dengan sepengetahuan Allah. Jika sebuah mobil menabrak seseorang dan membuat orang tersebut cacat, kejadian ini juga merupakan peristiwa yang terjadi atas izin Allah. Tak peduli dengan cara apa pun dia menghindar, dia tidak akan pernah mengubah kejadian tersebut, bahkan bagian terkecilnya sekalipun. Ia tidak dapat memindahkan bagian kecil takdir mereka karena takdir diciptakan dalam kesatuan. Bagi seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Yang Mahakuasa dan mereka yang percaya kepada kebijaksanaan dan kasih Allah yang tak terbatas, kecelakaan, penyakit, atau kesengsaraan, semuanya adalah cobaan sementara yang menuntun kepada kebahagiaan tertinggi.
 
Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah kualitas moral yang baik yang melekat dalam diri seseorang. Penyakit dan kecelakaan adalah peristiwa yang bisa dijadikan kesempatan bagi orang-orang beriman untuk menunjukkan kesabaran dan akhlaq yang baik. Mereka mendekatkan diri kepada Allah.
Di dalam Al-Qur`an, Allah berfirman tentang penyakit yang dihubungkan dengan pentingnya kesabaran melalui saat-saat demikian.

“… sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (al-Baqarah: 177)

Seperti yang telah disebutkan di awal, kenyataan bahwa di dalam ayat ini, penyakit juga termasuk dalam kesengsaraan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Seseorang yang dihadapkan pada dilema fisik atau tertimpa kecelakaan, ia harus ingat bahwa semua itu adalah cobaan untuknya walaupun ia tidak dapat segera menemukan alasan mengapa dirinya tertimpa musibah itu. Ia harus ingat bahwa hanya Allahlah yang memberikan penyakit dan obatnya. Ini sangat penting untuk memelihara sikap moral yang tepat. Mungkin ia harus melalui kesulitan sementara sebagai seorang hamba yang memiliki kepasrahan penuh kepada Tuhannya. Di akhirat nanti, ia akan dibalas dengan kebahagiaan yang abadi.
Bagaimanapun juga, penting bagi kita untuk mengingat hal ini untuk memelihara moralitas tertinggi saat berhadapan dengan kejadian serupa. Hingga detik ini, kita perlu mengetahui bahwa semua penyakit diciptakan dengan maksud-maksud tertentu. Jika Allah menghendaki, seseorang bisa saja tidak akan pernah sakit atau menderita. Akan tetapi, jika seseorang diberi ujian, ia harus sadar bahwa semua itu memiliki maksud. Semua itu membantunya untuk memahami kesementaraan dunia ini dan kekuasaan Allah yang luar biasa.
Penyakit Mengingatkan Manusia bahwa Ia Lemah dan Membutuhkan Allah
Ketika sakit, tubuh yang sebelumnya sehat dan kuat dikalahkan oleh virus dan bakteri. Sebagaimana diketahui, banyak penyakit yang menyebabkan penderitaan dan melemahkan tubuh. Dalam beberapa kasus, seseorang merasa telalu lemah untuk bangkit dari tempat tidur atau melakukan tugas sehari-hari. Karena ia tidak dapat membasmi virus yang tidak kelihatan itu, maka ia akan lebih mengerti akan kelemahan dirinya dan bagaimana ia begitu membutuhkan Allah. Saat kesehatannya menurun, seseorang yang sebelumnya berani menunjukkan kesombongannya kepada Sang Pencipta, atau memamerkan kesehatan dan harta kekayaannya, menjadi sadar akan kenyataan ini. Ia dapat lebih menghargai kekuatan Allah yang tak terhingga, Pencipta segalanya.

Penyakit Menjadikan Seseorang Lebih Memahami bahwa Kesehatan adalah Berkah dan Kemurahan dari Allah
Hal lain yang biasanya kita lupakan dalam kesibukan sehari-hari adalah betapa besarnya karunia kesehatan. Seseorang yang diberi kesehatan terus-menerus dan tidap pernah menderita, mudah saja mengatur keadaan. Akan tetapi, ketika ia dihadapkan pada serangan penyakit yang tiba-tiba, ia menyadari bahwa kesehatan merupakan berkah dari Allah. Hal itu disebabkan ia kehilangan sesuatu yang membuatnya lebih menghargai nilai sesuatu yang hilang itu.

Penyakit Menjadikan Seseorang Benar-Benar Menyadari Kesementaraan Dunia Ini, Kematian, dan Akhirat
Kebanyakan manusia mengira bahwa menderita penyakit yang fatal atau kehilangan organ tubuh adalah sebuah kesengsaraan. Seharusnya, penyakit dapat dimaknai bukan sebagai kesengsaraan, tetapi untuk kesalamatan di akhirat dan untuk mengarahkan dirinya hanya kepada Allah. Hal ini karena orang yang terkena penyakit serius biasanya semakin waspada. Penderitaan itu menolong dirinya untuk menyadari kurangnya perhatian yang menumpulkan kesadaran dirinya dan mendorongnya untuk merenungi realitas akhirat. Orang yang demikian benar-benar memahami betapa tidak berartinya kecintaan akan dunia ini serta dekatnya kematian. Alih-alih hidup dalam ketidakbertanggung-jawaban, penyakit yang tiba-tiba membuatnya semakin memahami betapa pentingnya mendapatkan keridhaan Allah dan kehidupan akhirat demi mencapat keselamatan.

Penyakit Diberikan untuk Do’a Seseorang dan Menariknya untuk Dekat kepada Allah
Saat gejala penyakit semakin parah, seseorang mulai memikirkan kematian. Pikiran ini menghantuinya sampai ia berusaha menghindarinya dengan sengaja. Dengan segala ketulusan, ia meminta kepada Allah untuk disembuhkan. Bahkan, saat menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan, seseorang yang belum pernah berdo’a sebelumnya tiba-tiba merasa perlu memohon kepada Allah untuk disembuhkan. Ia berdo’a dengan tulus ikhlas. Inilah sebabnya, seseorang bisa dekat dengan Tuhannya ketika dirinya tidak berdaya. Jika ia menunjukkan rasa syukurnya setelah sembuh dan terus berdo’a dengan ikhlas, penyakitnya itu menjadi kebaikan buatnya dan menjadi awal keimanan dirinya.
Allah menyebutkan orang-orang yang kembali kepada-Nya dari kesengsaraan dalam ayat berikut.
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (Fushshilat: 51)
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, di (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus: 12)
“Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya.” (ar-Ruum: 33)
Sebagaimana ayat di atas, manusia seharusnya tidak hanya berdo’a di saat sulit, tetapi ia harus tetap berdo’a setelah ujiannya diangkat. Dengan demikian, penyakit keras atau cobaan itu dapat membuatnya mengakui kelemahannya dan bertobat di hadapan Allah. Dengan demikian, ia menuju penyerahan seluruh hidupnya kepada Allah.

Sebagai Balasan atas Kesabaran yang Ditunjukkan di Kala Sakit, Allah Membalasnya dengan Kehidupan Abadi di Dalam Surga
Seperti telah disebutkan sejak awal, maksud lain mengapa Allah memberikan penderitaan dengan penyakit adalah untuk menguji kesabaran dan keimanan seseorang kepada Allah. Saat menderita suatu penyakit, sikap seorang muslim jelas berbeda dengan orang-orang bodoh. Ia memiliki kesabaran, keyakinan, dan kesetiaan kepada Allah. Ini dikarenakan mereka sadar bahwa pandangan yang mereka yakini di saat mereka dalam kesempitan adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah. Itulah balasan terbesar di akhirat atas penyakitnya. Ia mencapai berkah yang tak terhingga atas kehidupan surga sebagai balasan kesengsaraan sementaranya di dunia ini.
Nabi Ibrahim yang ikhlas ketika dihadapkan dengan penyakit adalah contoh yang baik untuk semua orang beriman,
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).” (asy-Syu’araa`: 80-81)
Sikap dan akhlaq menakjubkan yang ditunjukkan oleh Nabi Ayyub a.s. adalah contoh yang lain. Seperti yang telah Al-Qur`an katakan kepada kita, Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit yang parah, namun penyakitnya itu malah memperkuat kesetiaan dan keyakinannya kepada Allah. Inilah sifat yang menjadikannya salah seorang nabi yang dipuji di dalam Al-Quran.
Dari Al-Qur`an, kita juga tahu bahwa sebagai tambahan penyakit yang dideritanya, Nabi Ayyub a.s. juga mengalami tipu daya setan. Berpikir untuk menguasai Nabi Ayyub di saat ia lemah, setan mencoba menghasutnya untuk tidak lagi percaya kepada Allah. Hal ini karena dalam kondisi sakit parah, biasanya sulit bagi seseorang untuk memusatkan perhatiannya. Dengan mudah, ia dapat terbujuk oleh setan. Akan tetapi, sebagai seorang nabi yang mengabdi sepenuh hati kepada Allah, Nabi Ayyub a.s. berhasil lolos dari perangkap setan. Ia shalat dan ikhlas berdo’a kepada Allah, memohon pertolongan-Nya. Di dalam Al-Qur`an, do’a yang dicontohkan oleh Nabi Ayyub adalah,
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya….” (al-Anbiyaa`: 83-84)
Allah menanggapi do’a tulus Nabi Ayyub dengan firman-Nya,
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya, aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman), ‘Hantamkanlah kakimu; inilah air sejuk untuk mandi dan untuk minum.’ Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. ‘Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.’ Sesungguhnya, Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya, dia amat taat (kepada Tuhannya).”
Nabi Ayyub benar-benar mendapatkan balasan atas keyakinannya kepada Allah, pengabdiannya kepada-Nya dan tingkatan kemuliaannya. Ia juga menjadi contoh yang baik untuk bagi semua muslim.
Semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita, bahwa sesungguhnya ada kebaikan dalam segala hal. Seseorang yang memikirkan hal ini akan memahami sepenuhnya bagaimana kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, sesuai dengan pernyataan Allah, “Bisa jadi seseorang membenci sesuatu, padahal itu baik untuknya, dan mungkin seseorang mencintai sesuatu, padahal itu buruk untuknya.” 
[dikutip dari "Melihat Kebaikan dalam Segala Hal" Harun Yahya]

THE SUN (ASY - SYAMS)



THE SUN (ASY-SYAMS)
Demi jiwa dan penyempurnaan, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan.32

Secara nurani anda mengetahui dan mampu membedakan mana kebaikan dan mana keburukan. Orang yang tidak beragama sekalipun akan sepakat untuk menyatakan bahwa pikiran atau perbuatan mencuri itu buruk dan nista, sementara pikiran atau perbuatan menyelamatkan orang lain itu adalah baik dan mulia.Sikap santun, pemaaf, adil dan jujur adalah perbuatan-perbuatan baik yang muncul dari pikiran kebaikan. Apa pun agamanya, setiap orang pasti sepakat dengan pikiran-pikiran yang baik itu. Demikian pula denga sikap kasar, malas, berkhianat, zalim dan durhaka. Semua itu berasal dari pikiran yang buruk dan semua orang pun akan sepakat dengan anda. Tak ada yang meragukan!
Pada dasarnya, naluri akan selalu mengajak anda kepada kebaiakan, meskipun dampaknya tidak menyenangkan anda. Pikiran untuk memberi maaf kepada orang yang enggan meminta maaf kepada anda adalah kebaikan, meskipun pikiran ini tidak menyenangkan memuaskan anda. Naluri juga selalu mencegah anda dari keburukan, meskipun dampaknya menyenangkan anda. Terlalu banyak tertawa itu buruk, meskipun banyak tetawa, barangkali bisa menyenangkan anda. Mengapa demikian?.
“Perbuatan buruk yang menjadikanmu bersedih lebih baik disisi Allah daripada perbuatan baik yang membuatmu bangga.33
                                                                                                            Ali Bin Abi Thalib.
Alasannya, seruan naluri anda kepada kebaikan atau yang mencegahh anda dari keburukan, tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatan yang anda lakukan. Baik dampak itu berupa kesenangan atau kesedihan. 

THE HEIGHTS (AL-A’RAF)
“Menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.34
Akal atau nulari akan selalu memerintah anda untuk berfikir menuju kesempurnaan. Naluri adalah penasehat sejati  yang senantiasa mengajak pikiran anda kepada kebaikan dan mencegah anda dari keburukan.
Dalam hal ini, salah satu persoalan penting yang tidak diperhatikan oleh Rhonda Byrne dan para pemerhati hukum tarik-menarik lainnya adalah : dari mana sumber pikiran anda sehingga anda mengetahui mana pikiran baik dan mana pikiran buruk?.
 
THE CLOT (AL-ALAQ)
“Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.35
Al-Qur’an yang mukjizati ini mengajak anda untuk membaca. Sebuah aktivitas yang adanya di dalam pikiran anda. Para pemerhati hukum tarik-menarik mengatakan bahwa anda pasti mampu mencegah pikiran anda dari dari yang buruk-buruk. Ini memang benar! Akan tetapi, siapakah sumber yang selalu memberikan perintah kepada pikiran anda tentang kebaikan dan keburukan itu kedalam benak anda? “Wahai manusia, coba pikirkan baik-baik, dari mana semua pikiran itu berasal,” demikianlah Allah (Swt) menyapa anda. Allah (Swt) ingin berkenlan dengan anda.

 THE OPENING (AL-FATIHAH)
“Segala puji bagii Allah, Tuhan semesta alam.36
Inilah fitrah anda. Pengetahuan fitri dalam diri anda akan selalu mengajak anda untuk mengenal Allah (Swt). Sebagian orang menyebutnya kesadaran akan Tuhan. Dialah Allah (Swt), Tuhan semesta alam. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada kekuatan selain Allah. Dialah Tuhan yang menciptakan dan menguasai seluruh alam.
Allah (Swt) adalah penguasa alam-alam. Kalimat Hamdalah yang anda ucapkan adalah Alhamdulillahi rabbil’alamin yang artinya “Segala puji bagi Allah, Tuhan alam-alam”. Yakni seluruh alam (jamak). Dan bukannya Alhamdulillahi rabbil’alamin yang artinya “Segala puji bagi Allah, Tuhan alam”, yakni satu alam saja (tunggal).  

THE LETTER QAF (QAF)
“Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.37
Allah (Swt) adalah penguasa seluruh alam, termasuk alam pikiran anda, jadi kalau anda ingin mengendalikan pikiran anda, maka anda harus serahkan pikiran anda kepada Allah (Swt) dan mengikuti petunjuknya.
Mengapa anda harus serahkan pikiran anda kepada Allah dan mengikuti petunjuk-nya? Jawabnya sederhana, anda bukan pemilik atas pikiran anda. Anda milik Allah (Swt), sehingga anda harus berpikir positif dan mau mengembalikan sesuatu kepada pemiliknya. Apabila anda menolak untuk mengembalikan pikiran anda kepada Allah (Swt), berarti anda melawan hukum tarik-menarik. Inilah The secret yang dijelaskan Al-Qur’an.
Descartes telah melakukan kesalahan ini saat dia mengatakan “aku berfikir, karena itu saya ada.” Dia menganggap yang ada itu identik dengan pikiran atau dirinya. Padahal Descartes seharusnya mengatakan “Aku berfikir, Karena Tuhan ada.” Mengapa demikian? Sebab yang mutlak ada itu hanya Tuhan dan bukan pikirannya.    

HADIS QUDSI
“Wahai hamba-ku, taatilah Aku sehingga Aku akan menjadikan engkau seperti aku. Aku berkata kepada sesuatu “Jadilah, maka jadilah ia.” Maka bila kamu patuh kepada-ku, aku jadikan engkau dapat mengatakan kepada sesuatu “Jadilah, maka jadilah ia.38